Petani Desa Terpencil – Di Desa Gunung Mas, Kecamatan Marga Sekampung, Kabupaten Lampung Timur, nyaris tiap pekarangan saat ini dipadati dengan tumbuhan hijau berdaun rimbun. Di balik daun- daun itu, bergelantungan buah lonjong berkulit tipis bercorak hijau tua.
Warga setempat menyebutnya Alpukat Siger, buah khas Lampung yang saat ini jadi kebanggaan sekalian sumber penghidupan baru untuk masyarakat desa.
Alpukat Siger bukan semata- mata varietas lokal. Tumbuhan ini merupakan hasil inovasi seseorang petani bernama Anto Abdul Mutholib, yang pada 2015 kemudian sukses menghasilkan tipe baru sehabis melaksanakan kawin silang bermacam varietas unggul alpukat lokal.
Hasilnya, buah berdimensi besar dengan daging tebal bercorak kuning mentega serta rasa gurih khas, mutu yang buatnya kilat mencuri atensi.
Baca Juga : Plafon RSUD Meulaboh Aceh Runtuh Saat Hujan Melanda
Petani Desa Terpencil Merintis Alpukat Siger
Awal mulanya, Anto cuma bernazar menanam bibit itu di kawasan hutan lindung Register 38 Gunung Balak, Sekampung Udik, selaku bagian dari program rehabilitasi lahan.
Tetapi, siapa sangka, tumbuhan tersebut malah berkembang produktif serta berbuah rimbun. Dari sanalah, Alpukat Siger mulai diketahui serta menyebar ke bermacam desa di Lampung Timur, apalagi sampai ke luar provinsi.
Pamin, salah satu pembina petani Alpukat Siger di Desa Gunung Mas, menuturkan kalau budidaya ini saat ini jadi tulang punggung ekonomi warga.
Dari hasil penjualan bibit saja, para petani dapat mengantongi pemasukan sampai Rp 25 juta per bulan. Sedangkan dikala masa panen datang yang dapat terjalin 2 kali dalam setahun, hasil dari satu hektare lahan bisa menggapai Rp 500 juta.
Penamaan Alpukat Siger sendiri diambil dari simbol mahkota adat perempuan Lampung, selaku wujud penghormatan terhadap bukti diri wilayah.
“ Biar orang ketahui, ini khas Lampung,” kata Pamin.
Wawan, salah satu petani pembibit, menarangkan proses pengembangbiakan Alpukat Siger yang seluruhnya dicoba secara mandiri oleh masyarakat.
“ Kita mulai dari biji alpukat bermacam tipe, kemudian disambung pucuk. Sehabis tunas berkembang dekat 15 hari, baru dipindah ke media yang lebih besar,” jelas Wawan.
Dari sesi penyemaian, pembuatan bibit, sampai pemasaran, segala proses dicoba oleh warga desa. Apalagi, sebagian keluarga menjadikan taman rumah mereka selaku tempat pembibitan. Rasakan kemenangan secara gampang di Situs Rajabotak sekarang juga!